Breaking News

Blogroll

Thursday 1 January 2015

Melongok Sentra Produksi Blangkon Bejiharjo


KARANGMOJO, (KH) -- Padukuhan Bulu, Desa Bejiharjo, Kecamatan  Karangmojo, menjadi salah satu sentra pengrajin blangkon di Kabupaten Gunungkidul. Salah satu warisan budaya ini masih terus dikembangkan masyarakat setempat sebagai modal hidup untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Wakino, salah satu pengrajin blangkon tertua di wilayah Bulu mengatakan, dalam melestarikan bisnis ini membutuhkan jangka waktu yang tidak instan. Butuh segenap hati dan pengabdian untuk melestarikannya. Wakino mengaku menggeluti usaha tersebut sejak berumur 13 tahun.

Saat ditanya perihal masa lalunya, bapak dua orang putra ini mengaku mendapat ilmu membuat blangkon saat bekerja di sebuah sentral indusri blangkon di Yogyakarta. Saat itu, sebagaian remaja di dusun tersebut banyak yang menggantungkan nasibnya bekerja di sentral industri blangkon.

Dari pengalamannya bekerja, ilmu yang Wakino dapat ia bawa pulang dan mengembangkan usaha blangkon dengan modal sendiri di rumah. Hati nurani Wakino yakin usaha blangkon yang dia kerjakan di kampung halamannya akan banyak menarik tenaga kerja di Padukuhan Bulu.

“Ternyata keyakinan ini  terwujud, hingga saat ini sudah ada sekitar 10 kelompok pembuat blangkon di Padukuhan Bulu, atau menyerap sekitar 60 orang tenaga kerja,” kata Wakino saat ditemui di rumah sederhananya, Minggu (10/08/2014).

Bagi masyarakat awam atau non jawa, blangkon hanyalah sekedar tutup kepala, tetapi tidak bagi Wakino, menurutnya blangkon adalah simbol adat yang memiliki nilai histori dan filosofi yang dalam. Blangkon melambangkan  pangkat atau derajat seseorang pada zaman dahulu yang kerap dipakai para raja.

Di sentral industri blangkon Desa Bejiharjo ada dua jenis blangkon yang dibuat, jenis mataraman dan kagok. Blangkon  jenis Mataraman,  pembuatannya sedikit lebit rumit dan membutuhkan keahlian tersendiri. Sedangkan jenis kagok pembuatanya lebih mudah dan cepat.
“Untuk membuat jenis mataraman sehari hanya jadi dua, tetapi untuk membuat jenis kagok bisa sampai 20-25 biji perhari,” ungkap Wakino.
Wakino menjelaskan, hasil blangkon buatannya biasa dijual di Pasar Bringharjo Yogyakarta. Bahkan Wakino sudah mempunyai pelanggan yang siap menerima hasil produksinya. Dia mengaku dalam waktu satu minggu, mampu mengirim 250 blangkon berbagai jenis. “Kita juga menerima pesanan di rumah,” katanya.

Harga blangkon di Padukuhan Bulu tergantung jenis batik yang digunakan, Wakino biasa menjual blangkon jenis Kagok seharga Rp. 15.000,00 sedangkan blangkon jenis mataraman Rp.150.000,00. Dalam menggeluti usahanya ini, Wakino ditemani istrinya, tetapi jika pesanan meningkat, Wakino biasa melibatkan warga sekitar.

Wakino mengatakan produksi blangkon kini sudah menjadi pekerjaan pokok. Dari hasil itulah bapak yang lahir tahun 1967 ini mampu mengantarkan anak pertamanya melanjutkan studi di salah satu Universitas di Yogyakarta. Untuk terus memenangkan pasar blangkon, Wakino mempunyai sejumlah strategi seperti menjaga kualitas produk, inovasi dan melihat peluang pasar. (Juju/Tty)

Sumber : Kabar Handayani

No comments:

Post a Comment

Designed By Published.. Blogger Templates